HARI DONOR DARAH SEDUNIA 2015
Hari Donor Darah Sedunia (World Blood Donor Day) diadakan setiap tanggal 14 Juni, untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya donor darah dan untuk mengapresiasi pendonor darah sukarela, dalam menyelamatkan nyawa pasien. Tema kampanye Hari Donor Darah Sedunia 2015 adalah “terima kasih karena telah menyelamatkan hidup saya”. Apa yang sebaiknya diketahui?
Transfusi darah telah terbukti mampu menyelamatkan nyawa dan meningkatkan derajad kesehatan masyarakat, tetapi masih banyak pasien yang membutuhkan transfusi, tidak memiliki akses yang tepat terhadap darah yang aman. Tidak tersedianya darah telah menyebabkan berbagai kematian pasien dan banyak pasien lain akan menderita sakit lebih lama. Pada umumnya transfusi digunakan untuk mendukung berbagai perawatan medis. Di negara berpenghasilan tinggi, pasien yang paling sering ditransfusi adalah lansia atau lebih dari 65 tahun, yaitu 76% dari semua proses transfusi. Transfusi darah pada umumnya digunakan untuk perawatan suportif dalam operasi bedah jantung, operasi transplantasi organ, trauma masif, dan terapi untuk kanker solid dan hematologis. Sebaliknya, hampir 65% dari transfusi darah di negara berpenghasilan rendah diberikan kepada anak balita. Seperti di Indonesia, transfusi darah digunakan lebih sering untuk manajemen komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan, malaria dengan anemia berat, dan luka terkait trauma.
WHO mendesak semua negara untuk mengembangkan sistem donor darah nasional berdasarkan azas sukarela dan tidak dibayar, untuk mencapai tujuan swasembada dalam darah dan produk darah yang aman. Terdapat sekitar 108 juta unit darah yang disumbangkan secara global setiap tahun, yang hampir 50% dikumpulkan di negara berpenghasilan tinggi, yang ditinggali hanya 20% populasi dunia. Pasokan darah yang cukup, dapat diandalkan, dan aman didapatkan dari pendonor darah sukarela yang tidak dibayar. Darah dari pendonor yang teratur, sukarela, dan tidak dibayar juga darah yang paling aman dari risiko infeksi yang ditularkan melalui darah. Darah yang disumbangkan harus selalu diperiksa akan adanya kuman HIV, hepatitis B, hepatitis C dan sifilis, sebelum digunakan untuk transfusi darah. Namun demikian, masih ada 25 negara yang tidak mampu melakukan penyaringan semua darah yang disumbangkan, untuk satu atau lebih jenis kuman tersebut. Selain itu, pemeriksaan ini tidak dapat diandalkan di banyak negara karena pasokan alat dan bahan pemeriksaan yang tidak teratur, kekurangan staf, alat pemeriksaan berkualitas buruk, atau kurangnya kompetensi petugas di laboratorium.
Pada tahun 2012, terdapat 73 negara yang telah mengumpulkan lebih dari 90% kebutuhan darah mereka dari donor darah sukarela, di antaranya 60 negara bahkan telah mampu mengumpulkan 100% pasokan darah dari pendonor darah sukarela. Sebaliknya di 72 negara, hanya kurang dari 50% pasokan darah yang berasal dari pendonor sukarela, sehingga banyak pasokan darah masih tergantung pada pendonor keluarga pasien, impor dan pendonor yang harus dibayar. Tingkat donor darah rata-rata 9 kali lebih besar di negara berpenghasilan tinggi daripada di negara berpenghasilan rendah. Sekitar 10.000 pusat darah donor di 168 negara berhasil mengumpulkan total 83 juta sumbangan darah. Sumbangan darah tahunan rata-rata per pusat darah donor adalah 15.000 di negara berpenghasilan tinggi, dibandingkan dengan hanya 3.100 di negara berpenghasilan menengah dan rendah. Hal ini disebabkan karena ada lebih banyak warga di negara berpenghasilan tinggi telah sadar dan rela menyumbangkan darah mereka, dibandingkan warga di negara lain. Tingkat donor darah di negara berpenghasilan tinggi adalah 36,8 sumbangan per 1.000 orang warga. Sebaliknya, hanya 11,7 sumbangan per 1.000 orang di negara berpenghasilan menengah, bahkan hanya 3,9 sumbangan per 1.000 di negara berpenghasilan rendah.
Proses pemisahan darah ke berbagai komponen darah, memungkinkan satu unit kantong darah donor dapat digunakan untuk beberapa pasien, dengan memberikan pasien hanya komponen darah yang diperlukan saja. Sekitar 95% darah yang dikumpulkan di negara berpenghasilan tinggi, 80% di negara berpenghasilan menengah, dan 45% di negara berpenghasilan rendah, sudah dapat dipisahkan menjadi komponen-komponen darah. Perlu juga diketahui, bahwa sering kali transfusi darah dilakukan, ketika pengobatan alternatif sederhana dan aman, mungkin sama efektifnya, sehingga sebenarnya transfusi darah pada kasus tersebut tidak diperlukan. Transfusi darah yang tidak perlu, justru akan meningkatkan risiko infeksi, seperti HIV dan hepatitis, dan reaksi transfusi yang merugikan pasien.
Data menunjukkan bahwa secara global 30% darah diberikan oleh pendonor wanita, tetapi pada 20 dari 111 negara hanya kurang dari 10% sumbangan darah, yang diberikan oleh pendonor wanita. Peningkatan 8,6 juta sumbangan darah dari pendonor darah sukarela pada periode 2004-2012 telah dilaporkan oleh 162 negara. Kenaikan tertinggi pendonor darah sukarela terjadi di Asia Tenggara (78%), termasuk Indonesia, dan Afrika (51%).
Momentum Hari Donor Darah Sedunia (World Blood Donor Day) setiap tanggal 14 Juni dengan slogan ‘Give freely, give often. Blood donation matters’, akan memotivasi pendonor darah rutin untuk terus memberikan darahnya. Selain itu, juga memotivasi kaum muda untuk mulai melakukannya. WHO menargetkan tahun 2020 semua negara mampu mendapatkan 100% pasokan darah dari pendonor darah sukarela yang tidak dibayar. Sudahkah Anda menjadi pendonor darah sukarela?
Penulis: fx. wikan indrarto
dokter spesialis anak di RS Bethesda Yogyakarta
Alumnus S3 UGM