Stand IDAI DIY di acara Sinas Endokrin

Pada hari ini Jum’at 27 Mei 2016 di acara 4th Indonesian Pediatric Endocrinology, Ketua PP IDAI dan ketua IDAI cabang DIY mengunjungi stand IDAI DIY

photo_2016-05-27_15-11-08 photo_2016-05-27_15-11-13 photo_2016-05-27_15-11-17 photo_2016-05-27_15-11-23

HARI TANPA TEMBAKAU SEDUNIA 2016

Aturan tentang kemasan polos akan mengurangi daya tarik rokok. Selain itu, juga akan membatasi penggunaan kemasan rokok sebagai bentuk iklan, bahkan menekan pelabelan yang menyesatkan, dan meningkatkan efektivitas peringatan bahaya kesehatan. Apa yang sebaiknya kita lakukan?

Setiap tahun, pada tanggal 31 Mei kita memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia (WNTD atau World No Tobacco Day), untuk mengingatkan tentang risiko kesehatan karena merokok dan advokasi kebijakan yang efektif untuk mengurangi konsumsi tembakau. Untuk Hari Tanpa Tembakau Sedunia 31 Mei 2016, WHO dan Sekretariat FCTC (Framework Convention on Tobacco Control) menyerukan semua negara untuk bersiap-siap memberlakukan aturan tentang bungkus rokok yang polos (standar). Bungkus rokok polos mengacu pada usaha untuk membatasi atau melarang penggunaan logo, warna, gambar atau informasi promosi, selain merek dan nama produk yang dicetak dalam warna dan bentuk huruf atau ‘font’ standar. Pada bulan Desember 2012, Australia menjadi negara pertama yang sepenuhnya melaksanakan aturan tentang bungkus rokok polos. Pada 2015, Irlandia, Inggris, Irlandia Utara dan Perancis telah mengesahkan UU untuk menerapkan bungkus rokok polos mulai Mei 2016. Sejumlah negara sudah dalam tahap lanjut dalam mempertimbangkan tentang dasar hukum kemasan rokok polos, tetapi Indonesia belum.

Epidemi tembakau adalah salah satu ancaman terbesar dalam bidang kesehatan masyarakat di dunia yang pernah dihadapi, karena telah menyebabkan kematian pada sekitar 6 juta orang per tahun. Lebih dari 5 juta kematian terjadi pada perokok dan lebih dari 600.000 pada non-perokok yang hanya terpapar asap.

Hampir 80% dari lebih dari 1 milyar perokok di seluruh dunia, tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah, di mana beban penyakit terkait tembakau dan kematian adalah yang terberat, termasuk di Indonesia. Perokok yang meninggal pada usia muda atau sebelum waktunya, telah menyebabkan keluarga mereka kehilangan pendapatan, meningkatkan biaya perawatan kesehatan dan bahkan menghambat pembangunan ekonomi. Di beberapa negara, anak dari keluarga miskin sering dipekerjakan dalam pertanian tembakau, untuk memberikan tambahan pendapatan keluarga. Anak ini sangat rentan terhadap penyakit tembakau hijau (green tobacco sickness), yang disebabkan oleh nikotin yang diserap melalui kulit, pada saat penanganan daun tembakau yang masih basah. Monitoring ketat tentang epidemi tembakau mampu menunjukkan bagaimana cara terbaik untuk kebijakan setiap negara. Namun demikian, sampai saat ini hanya 1 dari 3 negara selain Indonesia, yang didiami sepertiga dari populasi dunia, telah memonitor penggunaan tembakau dengan survei setidaknya sekali setiap 5 tahun.

Perokok pasif adalah korban asap rokok yang mengisi restoran, kantor atau ruangan tertutup lainnya, ketika seseorang merokok. Ada lebih dari 4.000 bahan kimia dalam asap tembakau, yang setidaknya 250 diketahui berbahaya dan lebih dari 50 diketahui menyebabkan kanker. Pada orang dewasa, perokok pasif menyebabkan penyakit jantung dan pernapasan yang serius, termasuk penyakit jantung koroner dan kanker paru-paru. Pada bayi, hal itu sering menyebabkan kematian mendadak dan pada wanita hamil menyebabkan bayi dengan berat badan lahir rendah. Pada hal, hampir setengah dari semua anak di dunia secara teratur menghirup udara yang tercemar asap tembakau di tempat umum, termasuk di Indonesia. Asap rokok ini dapat menyebabkan lebih dari 600.000 kematian dini atau prematur per tahun. Pada tahun 2014, 28% kematian anak disebabkan oleh perokok pasif. Setiap orang seharusnya memiliki hak untuk menghirup udara segar bebas asap rokok, sehingga aturan hukum bebas asap rokok tentu saja akan mampu melindungi kesehatan bukan perokok, dan mendorong perokok untuk berhenti. Saat ini baru sekitar 1,3 miliar orang atau setara 18% populasi dunia di luar Indonesia, telah dilindungi oleh hukum bebas asap rokok nasional secara komprehensif.

Aturan tegas pembatasan iklan rokok, peningkatan iklan anti tembakau dan peringatan grafis bahaya rokok, terutama dengan gambar, telah terbukti mampu mengurangi jumlah anak yang mulai merokok dan meningkatkan jumlah perokok yang berhenti. Peringatan grafis bahaya rokok dapat membujuk perokok untuk melindungi kesehatan bukan perokok, dengan menghindari merokok di dalam rumah dan di dekat anak. Penelitian yang dilakukan setelah dilakukan peringatan bahaya rokok bergambar di Brazil, Kanada, Singapura dan Thailand, secara konsisten menunjukkan bahwa peringatan seperti itu secara signifikan meningkatkan kesadaran masyarakat, tentang bahaya rokok. Hanya 42 negara, yang didiami 19% dari populasi dunia, menjalankan dengan konsisten aturan tentang peringatan bergambar, yang meliputi peringatan dalam bahasa lokal dan menutupi rata-rata setidaknya setengah halaman depan dan belakang bungkus rokok. Sebagian besar negara tersebut bukan negara berpenghasilan rendah atau menengah, termasuk Indonesia.

Momentum Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2016 dengan tema ‘bersiaplah untuk kemasan polos’ (get ready for plain packaging), bertujuan untuk pengendalian tembakau dan mencegah dampak buruk asap rokok, termasuk pada anak. Sudahkah kita tergerak membantu, demi anak-anak di sekitar kita?

 

Sekian

Yogyakarta, 26 Mei 2016

fx. wikan indrarto

dokter spesialis anak di RS Bethesda Yogyakarta

Alumnus S3 UGM, bukan perokok

WAO White Book on Allergy

White Book on Allergy

Untuk materi bisa diakses pada alamat www.idaijogja.or.id/artikel-ilmiah.

Akses artikel harus memasukkan username dan password.
Contoh: NPA:01 38877 2012 11
Username: 38877
Password: 00000
Password bisa diganti setelah login.

Final Announcement WWA 8 2016

2ND ANNOUNCEMENT WWA - a 2ND ANNOUNCEMENT WWA - b

Simposium & Workshop: Vaksinologi

Pada bulan april 2016, IDAI cabang DIY menyelenggarakan simposium & workshop dengan tema Vaksinologi. Acara berlangsung selama 2 hari, yaitu pada tanggal 2 & 3 April 2016.

Bertempat di ballroom EastParc Hotel, acara dimulai dengan simposium pada pukul 08.30.

Sebelum acara dimulai, ada sedikit pengarahan dari pihak hotel tentang safety emergency.

Pembukaan oleh Ketua Panitia yaitu dr Mei Neni. Dilajutkan sambutan oleh dr. Ida, pihak mitra, dan oleh Ketua PP IDAI dr. Aman.

Acara simposium diikuti oleh 105 peserta. Sementara untuk workshop diikuti oleh 70 orang.

 

Untuk materi bisa diakses pada alamat www.idaijogja.or.id/artikel-ilmiah.

Akses artikel harus memasukkan username dan password.
Contoh: NPA:01 38877 2012 11
Username: 38877
Password: 00000
Password bisa diganti setelah login.

Gallery Foto Simposium & Workshop: Vaksinologi

Vaksin

Penggantian Vaksin Saat Kelangkaan Vaksin

REKOMENDASI
No.: 013/Rek/PP IDAI/IV/2016

Vaksin DTP acellular dan vaksin influenza dalam beberapa bulan terakhir langka di pasaran karena berbagai alasan, antara lain permintaan global yang meningkat, masalah produksi, dan distribusi vaksin tersebut. Untuk mencukupi seluruh kebutuhan global perlu waktu 1-2 tahun. Hal ini akan dibicarakan dalam rapat Strategic Advisory Group of Experts (SAGE) on Immunization  di WHO Geneva bulan April 2016. Saat ini Indonesia kekurangan vaksin tersebut, sehingga timbul beberapa masalah yang menjadi pertanyaan anggota IDAI mengenai penggantian vaksin DTP acellular dan vaksin influenza. Berikut ini PP IDAI bersama Satgas Imunisasi IDAI memberikan solusi praktis untuk mengatasi masalah tersebut.

1. Saat vaksin DTP acellular  tidak ada di pasaran, bagaimana imunisasi DTP selanjutnya?
Vaksin DTwP-HB-Hib (Pentabio® buatan Bio Farma), yang mengandung antigen pertusis sel utuh (whole cell), dapat diberikan menggantikan vaksin DTaP (DTP acellular). Vaksin Pentabio® telah diteliti pada 600 bayi mulai usia 6-11 minggu di Jakarta dan Bandung, menghasilkan respons imun (imunogenisitas) antara 85 – 100%.1 Vaksin Pentabio®dapat diberikan sebagai imunisasi dasar pada anak usia 2, 3, 4 bulan  ataupun 2, 4, 6 bulan.  Vaksin DTP-HB-Hib (Pentabio®) inipun dapat diberikan sebagai penguat (booster) pada usia 18 bulan. Vaksin Pentabio® di Indonesia saat ini tersedia dalam kemasan 5 dosis. Vaksin Pentabio® dosis tunggal akan mulai tersedia di Indonesia mulai tanggal 1 Mei 2016. Pada akhir April 2016, vaksin DTaP-Hib-IPV bermerk Pediacel® akan tersedia kembali di pasaran. Mengenai vaksin Infanrix® belum ada kepastian.

2. Bagaimana keamanan vaksin DTwP-HB-Hib (Pentabio®)?
Pada penelitian di Jakarta dan Bandung, vaksin ini cukup aman, tidak ada KIPI serius. Kejadian ikutan pasca imunisasi yang terbanyak adalah demam ringan timbul sekitar 20% dalam 1-2 hari, bengkak ringan sekitar 25%, yang akan sembuh tanpa pengobatan.

3. Apabila anak sudah mendapatkan vaksin DTaP, apakah dapat dilanjutkan dengan DTwP?
Pemberian imunisasi DTaP dapat dilanjutkan dengan imunisasi DTwP dengan interval yang sama. Demikian pula sebaliknya anak yang telah mendapat vaksin DTwP dapat dilanjutkan vaksin DTaP.

4. Apabila akan menggunakan vaksin DTwP-HB-Hib (Pentabio®) untuk imunisasi dasar, apakah imunisasi hepatitis B usia 1 bulan perlu diberikan?
Jika anak direncanakan akan mendapat imunisasi DTwP-HB-Hib (Pentabio®) sejak awal, maka imunisasi hepatitis B pada usia 1 bulan tidak perlu diberikan, tetapi vaksin hepatitis B saat usia lahir (kurang dari 12 jam) tetap diberikan. Dengan demikian dosis hepatitis B yang diperoleh adalah: saat lahir, saat imunisasi dasar usia 2, 3, 4 bulan  ataupun 2, 4, 6 bulan dan pada usia 18 bulan, sehingga total dosis vaksin hepatitis B adalah 5 dosis.

5. Jika diberikan vaksin DTwP-HB-Hib (Pentabio®) maka dosis vaksin hepatitis B dapat lebih dari 3 dosis. Apakah ini bermasalah?
Tidak bermasalah. Dengan menggunakan vaksin DTwP-HB-Hib (Pentabio®) untuk imunisasi dasar dan lanjutan, maka anak akan mendapatkan vaksin hepatitis B sebanyak 5 bahkan 6 dosis apabila anak mendapat vaksin hepatitis B monovalen pada usia 1 bulan. Pemberian vaksin hepatitis B dengan total 5 atau 6 dosis tidak bermasalah bahkan dapat meningkatkan titer anti-HBs anak yang bersangkutan. Hal ini sudah dilakukan di beberapa negara di Eropa, Australia, dan Asia.

6. Pada pemberian vaksin DTwP-HB-Hib (Pentabio®) apakah perlu pemberian vaksin polio oral?
Vaksin DTwP-HB-Hib (Pentabio) tidak mengandung vaksin polio, sehingga pemberian vaksin DTP-HB-Hib pada usia 2,4,6 dan 18 bulan harus diberikan bersamaan dengan vaksin Polio Oral. Kecuali pada anak yang menderita imunokompromais (misalnya HIV, mendapat kortikosteroid dosis tinggi) diberikan vaksin polio inaktivasi (inactivated polio vaccine = IPV). Seperti telah diketahui, mulai tanggal 4 April 2016 tOPV akan digantikan oleh bOPV  pada program PPI yang dapat dimintakan dari puskesmas setempat.

7. Bagaimana memperoleh vaksin DTwP-HB-Hib (P

entabio®)?
Vaksin DTwP-HB-Hib (Pentabio®) (hospital pack, isi 5 dosis) dapat diminta pada Puskesmas setempat, namun kita wajib membuat laporan yang berisi antara nama, umur dan alamat  anak yang mendapat vaksin tersebut untuk meminta dan mendapatkan vaksin DTwP-HB-Hib (Pentabio®)  berikutnya. Vaksin DTwP-HB-Hib (Pentabio®) juga dapat dibeli pada distributor yang ditunjuk oleh PT. Bio Farma.  Setelah dibuka dan dipakai, vaksin dapat disimpan dan digunakan sampai 1 (satu) bulan apabila disimpan dengan benar (dalam suhu 2-80C).

8. Apakah produksi vaksin DTwP-HB-Hib (Pentabio®) mencukupi kebutuhan?
Cukup. DTwP-HB-Hib (Pentabio®) diproduksi sebanyak 23 juta dosis sesuai dengan jumlah anak balita Indonesia (termasuk untuk mereka yang memilih untuk divaksinasi di fasilitas kesehatan swasta).

9. Bagaimana imunisasi DTP untuk anak usia 5 tahun?
Untuk anak usia 5 tahun, dapat diberikan vaksin DTwP (Bio Farma) dan vaksin polio oral, sesuai jadwal imunisasi rekomendasi IDAI. Vaksin DTwP tidak lagi tersedia di Puskesmas namun dapat diperoleh di distributor Bio Farma setempat.

10. Untuk imunisasi influenza apakah dapat digunakan vaksin Flubio® (Bio Farma)?
Berdasarkan leaflet Bio Farma, vaksin Flubio® dapat diberikan untuk anak usia 12 tahun atau lebih. Pada waktu dekat vaksin Flubio® akan diproduksi untuk anak mulai umur 6 bulan. Pada saat ini vaksin Flubio® telah diteliti pada 404 anak berusia 6 bulan – 11 tahun di Jakarta, dengan hasil serokonversi anti-influenza 100%. Vaksin ini aman. Reaksi lokal (bengkak ringan, kemerahan) berkisar 11%-23%, reaksi sistemis (demam) 1,7% – 10,4%, dan tidak ditemukan KIPI serius.2
Sampai dengan tanggal rekomendasi ini dibuat, belum ada kepastian mengenai tersedianya vaksin dengan merk Vaxigrip® di Indonesia.

11. Kapan vaksin varisela akan kembali tersedia di Indonesia?
Varilrix® akan tersedia kembali pada bulan Mei 2016. Sedangkan Varivax® akan tersedia pada bulan Agustus 2016.

12. Bagaimana mengenai vaksin MMR?
Vaksin Trimovax® tidak diproduksi kembali. Vaksin Priorix-tetra® (gabungan vaksin MMR dan varisela) dan M-M-R II® direncanakan tersedia tahun 2017.

13. Kapan vaksin-vaksin ini (Avaxim®, Euvax®, Typhim Vi®, Pneumovax 23®, Tripacel®, Verorab®, Acthib®) akan tersedia kembali?
Sedang dalam perpanjangan izin edar, sampai waktu yang tidak dapat ditentukan.

Referensi:
1.    Rusmil K, Gunardi H, Fadlyana E, Soedjatmiko, Dhamayanti M, Sekartini R, et al. The immunogenicity, safety, and consistency of an Indonesia combined DTP-HB-Hib vaccine in expanded program on immunization schedule. BMC Pediatr. 2015 Dec 19;15(1):219.

2.    Soedjatmiko, Medise BE, Hadinegoro SR, Gunardi H, Sekartini R, Satari H, et al. Safety of Flubio (Bio Farma Influenza HA Vaccine) in 6 months – 11 years Indonesian Children. Presented at  The 5th Asian Vaccine Conference, Hanoi, June 12-14, 2015.

3.    Medise BE, Hadinegoro SR,  Gunardi H, Soedjatmiko, Sekartini R, Satari H, et al. Immunogenicity and safety of Influenza HA Vaccine in infants and children : a bridging study 2015.  (Laporan penelitian, unpublished)

Jakarta, 1 April 2016
Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia
Disusun oleh Satgas Imunisasi IDAI

Sosialisasi Program PRIMA IDAI & Prelaunching Klinik/Apotek IDAI Cabang DIY

Pada hari rabu 16 Maret 2016, bertempat di gedung baru di jalan sardjito Ruko kav D Terban, diadakan Sosialisasi Program PRIMA IDAI.

Program PRIMA IDAI ini bisa diunduh/didownload pada appstote untuk IOS maupun playstore untuk ANDROID.

Selain sosialisasi program PRIMA IDAI, dilaksanakan juga prelaunching Klinik/Apotek IDAI Cabang DIY.

 

Galerry Foto

Daerah Istimewa Yogyakarta Tidak Mengikuti Pekan Imunisasi Nasional (PIN) 2016

Menindaklanjuti Surat Edaran dari Menteri Dalam Negeri, nomor 441 / 323 / SJ tanggal 2 Februari 2016 tentang dukungan dalam kegiatan Eradikasi Polio Nasional dan Cras & Program Campak tahun 2016, maka bersama ini kami informasikan bahwa Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2016 tidak mengikuti pelaksanaan Pekan Imunisasi Nasional (PIN).

Beberapa hal yang mendasari Daerah Istimewa Yogyakarta tidak mengikuti Crash Program Campak dan pelaksanaan PIN Folio 2016 adalah :

  1. Hasil kesepakatan rapat koordinasi nasional pelaksanaan PIN Polio di Bogor tanggal 9-12 Februari 2016 yang menyatakan bahwa seluruh provinsi di Indonesia melaksanakan PIN Polio tanggal S-15 Maret 2016, kecuali Daerah Istimewa Yogyakarta.
  2. Surat dari Menteri Kesehatan Nomor : PM.01.02/Menkes/530/2015 tertanggal 19 Oktobef 2015 bahwa DIY tidak mengikuti serangkaian kegiatan PIN Polio, peralihan pemakaian vaksin tOPV (trivalent Oral Polio Vaccine) ke bOPV (bivalent Oral Polio Vaccine) ke dalam program imunisasi rutin karena sudah mengintroduksi Inactivated Polio Vaecine (IPV) sejak bulan Septenrber 2007.
  3. Cakupan imunisasi campak di kabupatenlkota Daerah Istimewa Yogyakarta sudah mencapai > 95% dalam 3 (tiga) tahun terakhir.

Meskipun Daerah Istimewa Yogyakarta tidak mengikuti Crash Program Campak dan PIN Polio 2016, tetapi tetap perlu melakukan hal-hal sebagai berikut :

  1. Meningkatkan dan mempertahankan cakupan rutin imunisasi bayi ( imunisasi dasar lengkap)
  2. Meningkatkan cakupan imunisasi lanjutan (booster) pada batita usia 18-36 bulan, yaitu pemberian imunisasi Pentavalen I kali ( usia 18-36 bulan) dan imunisasi campak 1 kali (usia 24-36 bulan)
  3. Meningkatkan sosialisasi tentang pentingnya imunisasi, baik imunisasi dasar lengkap (bayi), imunisasi lanjutan (batita) maupun imunisasi pada anak usia sekolah dasar (BIAS).
  4. Melakukan pendekatan ke wilayah / lokasi yang ada penolakan imunisasi

Atas perhatian dan kerjasama yang baik diucapkan terima kasih.

Seminal Ilmiah: Clinical Management and Future Prevention Strategies of Dengue Infection

Pada hari minggu tanggal 7 Februari 2016, diadakan acara seminar ilmiah. Acara ini bertempat di MICC Hotel Alana & Convention Center.

Tema yang diangkat pada seminar ilmiah kali ini adalah “Clinical Management and Future Prevention Strategies of Dengue Infection”.

Seminar ini diisi oleh 2 orang narasumber, yaitu dr Ida dan prof Sri. Seminar berlangsung tertib dan lancar. Pada akhir acara diadakan sesi tanya jawab untuk para peserta.

 

Untuk materi bisa diakses pada alamat www.idaijogja.or.id/artikel-ilmiah.

Akses artikel harus memasukkan username dan password.
Contoh: NPA:01 38877 2012 11
Username: 38877
Password: 00000
Password bisa diganti setelah login.

Galery Foto Seminal Ilmiah

Roadshow KAMAS Yogyakarta

Pada hari minggu tanggal 24 januari 2016 diadakan acara Roadshow KAMAS 2016.

Acara dilaksanakan di Ballroom Kasultanan lantai 2, Hotel Ambarukmo.

Acara dimulai sekitar pukul 10 pagi dan dibuka oleh dr Sumadiono selaku ketua IDAI Cabang DIY.

 

Untuk materi bisa diakses pada alamat www.idaijogja.or.id/artikel-ilmiah.

Akses artikel harus memasukkan username dan password.
Contoh: NPA:01 38877 2012 11
Username: 38877
Password: 12345
Password bisa diganti setelah login.

Galery Foto Roadshow KAMAS Yogyakarta